Pemetaan Jalur Mudik di Wilayah P2JN Jawa Barat

Facebooktwitteryoutubeinstagramby feather

Pulau Jawa tampaknya masih menjadi jalur terpadat lalu lintas mudik dan arus balik lebaran 2016. Di Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional IV (BBPJN IV), Provinsi Jawa Barat menjadi wilayah yang paling banyak dilalui pemudik. Oleh karena itu, Satuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Provinsi Jawa Barat (P2JN Provinsi Jabar) selalu siap sedia memberi pelayanan.

“(Selaku P2JN) maka kami tidak ada persiapan secara fisik. Tapi kami standby membantu teman-teman (satker) fisik, supaya (arus mudik) lancar. Kami tetap standby untuk keadaan mendadak memerlukan gambar kami siap. Di lapangan ada konsultan yang terus standby, jika ada keadaan mengganggu jalur lebaran, misalnya longsaran atau amblesan, maka kami siap untuk mendesain supaya sesegera mungkin dapat diatasi,” tutur Sambada, Kepala Satker P2JN Provinsi Jawa Barat kepada Frans Alchemist saat ditemui pada minggu ketiga Juni 2016.

Secara umum, tugas pokok P2JN adalah mengumpulkan data program IRMS (Integrated Road Management System) dan BMS (Bridge Management System), kemudian mengirimkannya ke BBPJN IV sebagai usulan progam, lalu diteruskan ke Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR untuk dijadikan program, yang akan “dikawinkan” dengan anggaran seluruh indonesia. Tugas berikutnya adalah membuat detail engineering dan melakukan pengawasan teknis atau supervisi.

Menurut Sambada, P2JN dibagi dalam 2 PPK yakni PPK P2JN Provinsi Jawa Barat 1 dengan wilayah ruas jalan nasional Pantai Utara Jawa Barat, Metropolitan Bandung, dan ruas baru limpahan dari Provinsi Jawa Barat yakni ruas Cirebon-Kuningan-Ciamis sepanjang 100 km. Kemudian PPK P2JN Provinsi Jawa Barat 2 dengan wilayah ruas jalan nasional di lintas selatan Jabar, lintas tengah Jabar, dan SKPD.

Baik wilayah 1 maupun 2 ada beberapa daerah yang rawan longsor atau patahan. Bahkan ada ruas jalan yang putus dan dipastikan tidak bisa dilewati saat musim mudik lebaran. “Penyebab yang pasti perlu dilakukan kajian komprehensif, karena ada faktor alam, tetapi di lokasi tersebut ada kegiatan manusia di atasnya, entah berupa perumahan, tempat pemancingan, atau lainnya,” ungkap Sambada.

Di wilayah 1 terdapat wilayah dengan ruas jalan berpotensi kritis dan ada satu ruas yang putus. Pada kesempatan yang sama, Heiner Ford Panjaitan, PPK P2JN Provinsi Jawa Barat 1 menuturkan bahwa pihaknya bersama dengan PPK fisik tengah memberikan fokus pada penanganan longsor di Cikijing. Longsor mengakibatkan ruas jalan Ciamis-Cikijing-Kuningan putus. Bencana yang terjadi 14 Februari 2016 itu mengganggu aktifitas perekonomian masyarakat sekitar, khususnya Majalengka dan Kuningan. “Desain yang kami buat sudah kami serahkan. Sekarang masih dikerjakan. Ini (ruas jalan) yang belum bisa dilewati.”

Selain di Cijiking, ada 2 daerah lain yang memiliki potensi kritis walaupun masih bisa dilewati. Yang pertama adalah ruas jalan di Cadas Pangeran kira-kira enam kilometer sebelah barat daya Kota Sumedang, dan kedua di daerah Rajamandala, Cipatat, Bandung Barat. “Di ruas Cikijing selain yang sudah longsor ada sekitar 11 titik rawan, di Cadas Pangeran juga ada 11, sedangkan di Rajamandala ada patahan gorong-gorong yang akan diganti menjadi jembatan,” kata Heiner.

Semua daerah kritis ini, Heiner menambahkan, bukan merupakan jalur utama mudik. Yang menjadi jalur utama adalah ruas jalan pantai utara, namun tidak ada potensi kritis terjadi patahan atau longsoran. Sekalipun demikian, ruas tersebut harus mendapat perhatian karena menjadi jalur utama aktifitas ekonomi. Jika terganggung maka gerak perekonomian masyarakat bisa mati, seperti halnya yang dialami masyarakat Majalengka dan Kuningan sebagai buntut longsong Cikijing. “(Masalahnya) kami tidak punya alat untuk memprediksi longsor, hanya bisa melakukan pengamatan visual. Anggaran untuk melakukan perbaikan total pun tidak ada, jadi hanya penanganan sementara.”

Mirip dengan wilayah 1, di wilayah 2 juga terdapat daerah dengan potensi kritis. PPK P2JN Provinsi Jawa Barat 2, Nofie menguraikan ada 2 daerah di wilayah kerjanya yang butuh perhatian ekstra. Pertama, terjadi patahan di Kota Banjar, perbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah, yakni dengan Kabupaten Cilacap. Patahan di Banjar yang merupakan menjadi pintu gerbang utama jalur lintas selatan Jawa Barat ini belum pernah dilakukan penanganan secara komprehensif. “Kami sudah mendesain, tetapi perlu desain menyeluruh karena ada land used, ada lereng-lereng yang masih punya penduduk, bukan wilayah rumija,” kata Nofie.

Daerah kritis lainnya di wilayah 2 adalah Jembatan Cibaruyan, Tasikmalaya. Jembatan ini rusak bertepatan dengan rusaknya Jembatan Comal tahun 2014. “Sampai saat ini Jembatan Cibaruyan belum mendapat penanganan secara menyeluruh, masih ditangani sementara (darurat). Walau kondisi sekarang aman tapi penanganannya menyeluruh harus dilakukan (demi keselamatan bersama,” ungkap Nofie.

Penanganan Komprehensif

Hambatan yang dialami P2JN dalam menyesaikan ruas jalan kritis maupun berpotensi kritis tampaknya tidak bisa diselesaikan sendiri. Sambada mengungkapkan, harus ada keterlibatan langsung dari Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR dalam menangani ini karena sudah menyangkut banyak pihak yang berkepentingan.

Sebagai contoh, untuk menangani Cikijing harus ada kajian menyeluruh terkait mitigasi bencana yang mungkin datanya ada di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), untuk penanganan menyeluruh perlu pembebasan lahan di sekitar area jalan dengan demikian melibatkan Pemerintah Daerah, ada anggaran khusus yang diperlukan, dan faktor lainnya.

Sambada mengusulkan untuk menghidupkan risk management system. Pemerintah pusat membuat mitigasi bencana lintas sektoral yang didukung oleh dana perencanaan dan pelaksanaan. Kalau hanya mapping saja tanpa perencanaan dan pelaksanaan, maka kalau terjadi bencana maka prosesnya lama. Padahal masyarakat butuh segera menggunakan jalan atau jembatan pasca terjadi bencana. Apalagi dalam konteks arus mudik atau balik, bencana yang terjadi harus segera ditangani.

Risk management system yang terintegrasi harus dijalankan dalam penanganan jalan dan jembatan, apalagi dalam kasus mengadapi musim sibuk seperti saat mudik lebaran dan natal-tahun baru,” tutup Sambada.

*) Salah satu tulisan di Buletin Media Jalan Jakarta Vol. 3. 2016.  Buletin milik  BBPJN IV dibuat oleh saya dalam tim PT. Media Artha Pratama

MEDIA JALAN JAKARTA ED 3 LOW (2)-1 - Copy

Facebooktwitterby feather
wawan
Pribadi sederhana yang ingin terus belajar di bidang komunikasi. Dimulai dari menulis, fotografi, media relations, kadang-kadang menggambar, sampai mengadakan acara komunikasi seperti berbagai lomba dan pelatihan jurnalistik/ fotografi.
https://www.fransalchemist.com

Leave a Reply