Frans Agung Setiawan menyebut diri sebagai pembelajar. Pada tahun 1998, pria kelahiran Palembang Sumatera Selatan ini mulai belajar menulis di media sekolah. Kemampuan menulisnya semakin terasah dan mendapat kedalamannya saat kuliah Filsafat dan Teologi di Yogyakarta.

Berbagai artikel dibuatnya untuk mengisi ragam media, baik dalam lingkup kampus, komunitas, media daerah sampai media nasional seperti Kompas untuk rubrik opini mahasiswa. Pengalaman menjadi editor pun dienyam kali pertama di masa-masa ini.

Jenis tulisan yang menjadi favoritnya adalah feature. Hal ini sejalan dengan latar belakang pendidikan dan kegemarannya pada sastra. Setelah menyelesaikan pendidikan tinggi, talenta inilah yang membuatnya diterima menjadi reporter Kompas Cyber Media atau lebih dikenal sebagai Kompas.Com. Namun, talenta itu pula membuat dirinya tidak sampai setahun di sana.

Kini Wawan, panggilan akrab Frans Agung Setiawan bekerja di PT. Media Artha Pratama (MAP), sebuah perusahaan komunikasi di Jakarta Selatan. Di sini ia diberi keleluasaan untuk mengembangkan dirinya. Alhasil, sejak akhir tahun 2009 sudah lebih dari 50 media cetak internal dihasilkannya. Mulai dari bentuk newsletter, buletin, majalah, dan buku komik. Tidak hanya menulis, ia juga menjadi motor dalam merancang media internal dari awal, membuat, sampai selesai.

Dunia menulis, mengantar Wawan masuk pada fotografi. Ia tidak sungkan membeli kamera dari budget pribadi untuk mendukung karya tulisnya. Hasilnya lumayan,  beberapa karya fotonya diterima oleh klien dan mengisi lembar-lembar media internal yang ia buat.

Merasa punya modal di bidang fotografi ditambah jejaring fotografer, Wawan nekad menggagas lomba foto pada tahun 2012. Ia berpikir, dunia fotografi tidak murah, maka inilah saatnya kamera yang ia beli harus memberikan pemasukan padanya. Alhasil, ide ini disambut baik oleh MAP lalu dilempar ke klien. Sampai sekarang, tiap tahun MAP rutin menjadi penyelenggara lomba foto.

Kegemarannya pada foto, sejalan dengan kakak iparnya Cynthia Iskandar yang membentuk komunitas Klik Photo. Kegiatan utama komunitas ini adalah berbagi pengalaman dan ilmu fotografi. Mulai dari hunting foto bersama, sampai membuat kelas fotografi dengan mendatangkan narasumber yang expert di bidangnya. Setidaknya ada nama Arbain Rambey dan Ully Zoelkarnain yang pernah bekerja sama dengan Klik Photo.

Bekerja di dunia komunikasi membuat Wawan bersentuhan dengan bidang lain. MAP yang memiliki divisi public relations, membuatnya belajar bidang tersebut. Selain belajar langsung dari pemilik MAP, ia juga membekali diri dengan mengenyam berbagai buku dan literatur, di antaranya Full Frontal PR (Richard Laermer dan Michael Prichinello, 2009) dan Public Relations for Dummies (Eric Yaverbaum, Robert Bly, Ilise Benum, 2006). Dengan kemampuan menulis dan fotografi, maka belajar public relations membuat Wawan dipercaya memegang media relations dan telah mampu membuat media content analysis.