Moto pasutri dalam perkawinan katolik jarang sekali kita temukan, tapi selalu ada moto dalam tahbisan. Padahal panggilannya sama!
Setiap kali kita menghadiri upacara pengucapan kaul pertama bagi biarawan atau biarawati, tahbisan imam, uskup, dan yang masih terngiang di ingatan kita adalah terpilihnya Paus Leo XIV, selalu ada moto.
Secara umum, moto adalah sebuah kalimat singkat, padat, dan bermakna. Moto menggambarkan nilai, keyakinan, semangat hidup, atau arah tujuan seseorang, kelompok, atau institusi. Sebagai contoh, moto Paus Leo XIV adalah In Illo Uno Unum, yang berarti “Dalam Yang Satu, kita adalah satu.”
Baca Juga: Contoh Buku Misa Perkawinan Katolik
Khusus untuk Uskup, termasuk Paus yang adalah Uskup Roma, moto mereka juga terungkap secara integral dalam lambang (coat of arms) pribadi mereka. Umumnya, moto tertulis di pita yang berada di dalam sebuah lambang keuskupan yang dibuat.
Ada penjelasan panjang dan mendalam soal moto di kalangan kaum berjubang, tetapi mengapa hampir tidak ada moto di dalam sakramen perkawinan? Realitas yang cukup lama mengganggu dalam benak saya. Padahal, hidup panggilan selibat dan panggilan hidup menikah adalah sama di hadapan Tuhan.
Gereja Katolik mengajarkan bahwa semua orang Kristen dipanggil kepada kekudusan melalui jalan hidup masing-masing. Hidup panggilan sebagai orang Kristen adalah panggilan ilahi (vocatio) yang memiliki nilai dan martabat yang sama karena semua berasal dari Allah dan bertujuan untuk mengasihi serta menguduskan dunia.
Beberapa dokumen resmi Gereja menguatkan posisi Sakramen Perkawinan sebagai sebuah panggilan Ilahi. Lumen Gentium 11 menyebut bahwa perkawinan Kristen adalah jalan keselamatan dan kekudusan, serta sakramen yang menguduskan kehidupan berkeluarga. Terlebih, semua umat beriman dipanggil kepada kekudusan, tidak hanya mereka yang selibat demi Kerajaan Allah (bdk. Lumen Gentium 39–42 dan Matius 5:48).
Baca Juga: To Love Another Person, is To See The Face of God
Perkawinan bukanlah buatan manusia, tetapi Allah sendiri yang menciptakannya. Perkawinan menjadi bagian dari rencana keselamatan Allah. Cinta Perkawinan diberkati oleh Allah dan ditentukan supaya menjadi subur dan terlaksana dalam karya bersama demi tanggung jawab untuk ciptaan. (lih. KGK 1603 dan 1604).
Lalu apa makna moto dalam sakramen perkawinan? Makna moto dalam sakramen perkawinan secara reflektif dibalut dalam makna moto tahbisan. Sebelum menjalin hidup sakramental dalam perkawinan, calon suami istri sebaliknya menentukan moto yang mewakili spiritualitas dan filosofi hidup yang berlandaskan pada teologi. Mengapa teologis, karena moto diambil atau diinspirasi dari Sabda Allah dalam Alkitab.
Masing-masing dari pasangan, umumnya sudah memiliki prinsip hidup. Asalnya bisa dari mana saja. Prinsip hidup ini bisa berbeda satu sama lain. Menjelang perkawinan, sangat baik jika mereka yang akan dipersatukan Allah merefleksikan bersama, apa yang menjadi pegangan hidup mereka secara bersama-sama. Pegangan seperti sebuah lentera penuntun bagi hidup berkeluarga mereka. Lentera dari Allah yang tak pernah pedam sekalipun mereka jatuh dalam pencobaan.
Moto menjadi simbol penguat ketika mereka menghadap ke umat setelah mengucapkan janji perkawinan dan saling mengenakan cincin. Pada saat itulah, mereka mempublikasikan diri sebagai pasangan Katolik, mengkomunikasikan moto perkawinan mereka, mengucap syukur dalam kebahagiaan dan penuh rahmat, sekaligus meminta dukungan dan doa kepada umat. Inilah kesaksian iman mereka yang pertama sebagai pasangan suami istri.
Baca Juga: Bahagia Itu Sederhana
Moto perkawinan yang telah ditetapkan bersama menjadi sebuah falsafah hidup, menjadi kompas batin yang membimbing begaimana mereka berpikir, bersikap, dan bertindak dalam menghadapi berbagai situasi hidup. Bukan sembarang moto karena berlandaskan pada Tuhan Yesus yang menyatakan dirinya dalam Sabda. Moto juga menjadi jendela spiritualitas, yang membuat pasangan selalu terdorong memaknai hidup setiap hari dengan segala dinamikanya.
Kami, Sari dan Wawan, mencoba merumuskan moto bersama untuk perkawinan kami di tahun 2014. Moto kami adalah “To love another person is to see the face of God” yang artinya “Mencintai pribadi lain berarti melihat wajah Allah.” Dalam perkawinan, kami ingin saling mencintai karena Tuhan hadir dalam diri pasangan, atau Tuhan hadir dalam diri pasangan karena kami saling mencintai. Dengan moto ini, kami juga ingin menjadi berkat bagi sesama. Dengan membagikan kasih pada sesama dan alam, kami yakin Tuhan pun dikenal dan dimuliakan di tengah dunia.
Moto kami itu diambil dari novel Perancis Les Miserables tahun 1862. Novel ini dibuat sebuah film dengan judul yang sama di tahun 2012. Sebelum menikah, kami berdua nonton film ini dan dibuat terkesan.
“To love another person is to see the face of God” tidak murni dibuat oleh pengarang, yakni Victor-Marie Hugo (26 Februari 1802 – 22 Mei 1885). Moto ini diambil dari 1 Yoh 4:12: “Tidak ada yang pernah melihat Allah, tetapi jika kita saling mencintai, Allah tinggal di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.”
Kutipan ayat tersebut sekaligus menjadi bacaan di misa perkawinan kami. Hal yang lumrah dalam misa pengucapan kaul pertama atau misa tahbisan. Bacaan Kitab Suci yang menjadi inspirasi moto tersebut semakin diteguhkan dalam homili yang dibawakan oleh Romo. Harapannya ini menjadi pondasi rohani yang kokoh bagi kami dan bagi pasangan suami istri Katolik.
Baca Juga: Saya Ketagihan Mewarnai, Karena Alasan Ini
Moto perkawinan sebagaimana moto tahbisan, lahir dari dalam diri orang yang akan menerima sakramen. Moto tidak diberikan oleh orang lain atau malah dibuatkan oleh desainer undangan perkawinan. Saat desainer yang bukan Katolik bisa menulis, “Apa yang disatukan Tuhan, tidak bisa dipisahkan manusia” (Matius 19:6), di sisi lain mempelai dan keluarga sibuk mempersiapkan suvenir, tempat resepsi, baju, hidangan dan lain sebagainya.
Persiapan perkawinan tentu sangat penting, tetapi setelah acara selesai maka perannya paripurna. Tetapi moto akan melekat bersama Sakramen sebagai bekal hidup selanjutnya hingga maut memisahkan.
Lalu, apa moto perkawinan Anda?
*) Terlampir pengembangan moto SW dalam sebuah lambang perkawinan setelah 11 tahun.

Sumber cover: cloudfront.net; hungarianconservative.com; wikimedia.org
