





Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mempersiapkan jalur mudik jauh-jauh hari. Dengan semangat kerja yang terus dihembuskan Presiden Joko Widodo, Kementerian PUPR meyakini infrastruktur jalan untuk mudik lebaran 2017 jauh lebih siap dibandingkan tahun kemarin.
Daerah yang mendapat perhatian lebih adalah jalur mudik di Pulau Jawa. Sebab, secara demografis, jumlah penduduk yang berada di pulau Jawa mencapai 57,5 persen, atau separuhnya dari jumlah penduduk di Indonesia. Berikutnya adalah Pulau Sumatera. Oleh karena itu, Kementerian PUPR mempersiapkan seluruh akses di Pulau Jawa, mulai dari jalan tol, jalan nasional yang ada di Utara, Tengah dan Selatan sampai jalan pemerintah daerah pun ikut disiapkan. Persiapan serupa juga dilakukan di daerah lain. Pada H-10 seluruh langkah mempersiapkan jalan nasional di Sumatera, Kalimantan, Bali dan Sulawesi selesai.
Peristiwa kemacetan di Brebes Timur pada 2016 lalu tidak akan terjadi lagi karena tahun ini telah ada tambahan ruas jalan tol fungsional yang dapat dilalui pemudik, dari Brebes Timur hingga Weleri sepanjang 110 Km. Ruas tol lainnya yang fungsional yakni dari Semarang hingga Surabaya sepanjang 245 Km dan 4 ruas tol di Sumatera sepanjang 65 Km.
“Dengan berfungsinya tol dari Brebes Timur sampai Weleri, para pemudik sudah melewati beberapa kota yang selama ini menjadi simpul kemacetan seperti Brebes, Tegal, Pekalongan, dan Batang termasuk beberapa perlintasan sebidang kereta api,” kata Basuki Hadimuljono, Menteri PUPR beberapa hari lalu.
Jalan Tol Trans Jawa yang bisa difungsikan untuk mudik lebaran tahun ini cukup panjang, mulai dari Brebes, Jawa Tengah hingga Surabaya, Jawa Timur. Namun, ruas tol yang bisa fungsional ini belum tersambung seluruhnya. Ruas tol yang bisa dilalui pemudik terdiri dari beberapa bagian.
Menurut penuturan Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR Arie Setiadi Moerwanto, ruas tol baru yang bisa dilalui pemudik bermula dari ruas tol Brebes Timur-Ngaliyan sepanjang 145 km. Ruas ini terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu Brebes Timur-Pemalang yang meliputi ruas Brebes Timur-Tegal sepanjang 10 km dan Tegal-Pemalang sepanjang 26,90 km. Dilanjutkan ruas Pemalang-Batang yang meliputi ruas Pemalang-Pekalongan sepanjang 23,30 km dan Pekalongan-Batang sepanjang 15,90 km. Dilanjutkan tol Batang-Semarang yang meliputi Batang-Batang Timur sepanjang 3,20 km dan Batang Timur-Weleri sepanjang 36,35 km.
Namun, ruas dari Weleri ini masih terputus. Karena ruas tol selanjutnya yakni Weleri-Kendal sepanjang 11,05 km, Kendal-Kaliwungu sepanjang 13,5 km, dan Kaliwungu-Ngaliyan sepanjang 7,90 km, masih belum memungkinkan untuk dilewati.
Tol Trans Jawa yang fungsional bisa ditemukan kembali di ruas Semarang-Solo. Jalan tol ini meliputi ruas Bawen-Salatiga sepanjang 17,60 km. Kemudian dilanjutkan dengan Tol Solo-Ngawi yang meliputi ruas Kertosuro-Karanganyar sepanjang 20,90 km, Karanganyar-Sragen (13,80 km), Sragen-Mantingan (21,35 km), dan Mantingan-Ngawi (34,20 km).
Jawa bagian Timur, beberapa ruas tol fungsional meliputi Ngawi-Kertosono sepanjang 35 km. Dilanjutkan dengan ruas tol Kertosono-Mojokerto dengan panjang 20,8 km, Mojokerto-Surabaya sepanjang 15,47 km, dan Gempol-Bangil sepanjang 6,90 km.
Lebih lanjut Basuki menjelaskan bahwa jalan tol yang fungsional dari Brebes Timur-Weleri itu tetap layak untuk dilewati. Ruas tersebut menggunakan beton tipis (lean concrete) yang bisa dilalui dengan kecepatan 40-60 km/jam. Sepanjang ruas tol tersebut akan ada 8 pintu keluar tol (exit toll) sementara, yakni Ujung Rusi, Karang Jati dan Warureja di Tegal, Sewaka dan Beji di Pemalang, Bojong di Pekalongan, Kandeman di Batang, serta pintu keluar tol Gringsing di Kendal atau Weleri.
Untuk memastikan pelayanan mudik yang optimal, Basuki telah memerintahkan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VII agar melakukan perbaikan yang bersifat darurat, agar perjalanan pemudik menjadi lebih nyaman.
Jembatan Layang dan Tol Trans Sumatera
Simpul kemacetan cukup parah saat mudik di Pulau Jawa adalah 4 perlintasan sebidang di Jawa Tengah, yakni di Dermoleng, Klonengan, Kesambi, dan Kretek. Basuki mengatakan, setiap hari terdapat 70 kali perlintasan kereta api. Setiap melintas memakan waktu lima menit, artinya per harinya ada 6 jam jalan ditutup. Ketika arus mudik, perlintasan kereta api meningkat menjadi sekitar 92 kali per hari atau lebih dari 7 jam pemberhentian.
Untuk itulah, Kementerian PUPR membuat empat proyek jembatan layang (flyover) di jalan Dermoleng-Ketanggungan dengan progres pembangunan sebesar 84,96 persen. Kedua, Klonengan-Prupuk dengan progres pembangunan sebesar 94,23 persen. Ketiga, Kesambi dengan progres pembangunan 78,68 persen. Keempat, Kretek-Paguyangan dengan progres 76,84 persen. “H-10 kami pastikan keempatnya sudah bisa beroperasi secara fungsional,” ujar Arie
Agar proyek cepat selesai, pengerjaannya dilakukan non stop selama 24 jam. Saat mudik lebaran ini, 4 flyover tersebut akan difungsikan untuk mengurai kemacetan akibat perlintasan sebidang kereta api. Nantinya flyover Kretek akan difungsikan dua lajur satu arah. Satu lajur menggunakan Jembatan Bailey dan satu lagi menggunakan box girder baja. Sementara untuk ketiga flyover lainnya dapat digunakan 3 lajur satu arah.
Seluruh flyover tersebut dibangun dengan teknologi Corrugated Mortarbusa Pusjatan (CMP) seperti yang diterapkan pada flyover Antapani di Bandung, Jawa Barat. Dengan teknologi tersebut, masa konstruksi jembatan layang berhasil dipersingkat menjadi hanya sekitar enam bulan serta mampu menghemat biaya pembangunan hingga 70 persen di banding teknologi konstruksi flyover konvensional.
Tidak hanya di Jawa, jalan tol baru di Sumatera juga ada beberapa bagian yang bisa dilewati oleh pemudik. Inilah momen bersejarah, Pulau Sumatera memiliki jalan tol dan akan digunakan saat mudik lebaran 2017.
Total baru 65 km jalan tol Sumatera yang bisa dilalui. Tol tersebut adalah Bakauheni-Terbangggi Besar pada segmen Lematang-Kotabaru (5 km), Palembang-Indralaya yakni ruas Palembang-Pamulutan (7 km), Medan-Binjai yakni Helvetia-Binjai (10 km) dan Medan-Kualanamu yakni Pabarakan-Kualanamu (7 km) dan Pabarakan-Sei Rampah (36 km).
Jalan Tol Trans Sumatera merupakan jaringan jalan tol sepanjang 2.600 km yang direncanakan menghubungkan kota-kota di pulau Sumatera, dari Aceh hingga Lampung. Jalan tol ini dirancang berupa 15 ruas utama dan 9 ruas pendukung, mulai dari Banda Aceh-Medan hingga Bakaheuni-Terbanggi-Besar.
Tol Trans Sumatera dirancang mampu dilalui kendaraan yang bertonase 80-90 ton. Jalan tol Trans-Sumatera nantinya akan memiliki lebar kurang lebih 21 meter, dengan lebar masing-masing 9,2 meter. Selain itu di pinggir jalan juga akan dibuat bahu jalan dengan lebar masing-masing 2,5 meter, sedangkan di antara kedua jalur akan dipasang median selebar 2,25 meter.
Pembangunan jalan tol Trans-Sumatera yang memiliki panjang total 2.600 km ini memerlukan biaya sekitar Rp150 triliun. Pembangunan tol Trans-Sumatera ini meliputi 23 ruas jalan yang menghubungkan 11 kota pusat Pertumbuhan Ekonomi, di antaranya Banda Aceh, Medan, Pekanbaru, Jambi, Palembang, Tanjung Pinang, Lampung, Bengkulu, dan Serang
Hingga 2019 nanti, Sumatera diperkirakan akan memiliki jalan tol baru sepanjang 191,6 kilometer. Tol Trans-Sumatera ruas Terbanggi Besar-Pematang Panggang Kabupaten Mesuji Lampung-Palembang dikerjakan Maret 2016, sehingga pada pelaksanaan ASEAN Games tahun 2018 mendatang diperkirakan ruas jalan tol sudah dapat digunakan.
Tol Trans Sumatera mendapat perhatian khusus karena pemerintah ingin meningkatkan kepercayaan investor dalam berinvestasi terutama di luar Jawa. Usaha ini mulai membuahkan hasil. Sebagai contoh, di Lampung, nilai investasi PMA/PMDN di ditargetkan hanya Rp3,09 triliun pada 2015, namun realisasinya mencapai Rp4,32 triliun. Terdiri atas PMA Rp3,22 triliun dan PMDN Rp1,10 triliun.
Selain jalan tol, pemerintah juga tidak abai mempersipkan jalan nasional untuk mudik. Arie mengatakan, secara umum Jalan Lintas Timur Sumatera sebagai jalur utama mudik sudah siap. Hanya ada beberapa titik tengah yang masih perlu dilakukan penambalan lubang, perbaikan drainase dan bahu jalan.
Targetnya semua pekerjaan ini sudah selesai pada H-10. Kementerian juga membangun posko di setiap jalan. Posko ini dilengkapi alat berat dan material yang disiapkan di sejumlah titik rawan longsor sebagai antisipasi bencana.
Infrastruktur jalan yang telah siap ini akan mempercepat waktu tempuh kendaraan hingga 50 persen di bandingkan melalui jalan biasanya. “Dari Jambi ke Palembang sudah bisa tembus 5,5 jam, sebelumnya 11 jam” katanya.
Untuk meningkatkan layanan bagi masyarakat pengguna jalan, Arie melanjutkan, setidaknya ada 2 aplikasi yang bisa dimanfaatkan para pemudik. Pertama, Jasa Marga Care (JM Care) untuk memantau situasi terkini lalu lintas di jalan tol. Apakah lancar atau terjadi kemacetan, atau juga bisa memberikan informasi jika ada kecelakaan yang berpotensi menghambat kelancaran lalu lintas.
Kedua, aplikasi Jalan Kita (Jaki) yang dikeluarkan oleh Kementerian PUPR. Jaki yang berjalan pada sistem operasi Android, IOS, dan Windows Phone ini, memungkinkan masyarakat untuk melaporkan kondisi jalan dan jembatan di Indonesia. “Kalau masyarakat menemui lubang, dipotret, dikirim saja ke aplikasi Jaki. Itu sudah ada koordinatnya dan jam berapa mengunggahnya. Karena ada koordinatnya, kami tahu jalan itu status dan kewenanganya siapa lalu segera dilakukan perbaikan,” ujar Arie.
Semua usaha ini dilakukan Kementerian PUPR demi memberikan pelayanan terbaik bagi para pemudik, khususnya dalam hal infrastruktur jalan. Semoga masyarakat bisa merasakan manfaatnya, sehingga bisa menikmati perjalanan dan dapat bersilahturahmi dengan keluarga serta kenalan dalam suasana penuh berkah.
*) Salah satu tulisan di Buletin Bina Marga Vol. 15/ 2017. Buletin milik Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR dibuat oleh saya dalam tim PT. Media Artha Pratama


