Kepala BBPJN IV: Saya Ingin BBPJN IV Menjadi yang Terbaik

Facebooktwitteryoutubeinstagramby feather

Infrastruktur adalah jendela kemajuan suatu bangsa. Kepadanya ditumpukan harapan masyarakat untuk mencapai cita-cita bangsa: kesejahteraan yang adil dan beradab. Di era keterbukaan, pembangunan infrastruktur tidak lagi mudah dimanipulasi. Masyarakat mudah melihatnya, maka mudah pula memberikan penilaian.

Hal ini disadari betul oleh Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional IV, Bambang Hartadi. “Saya ingin jadikan balai ini menjadi yang terbaik. Maka, tiap pembangunan yang dilaksanakan harus tertib administrasi, pembangunan sesuai dengan kaidah-kaidah teknis yang benar, rapi, bersih, (dan jalan) mantap,” tutur Bambang kepada Media Jalan Jakarta di ruang kerjanya.

Jalan yang mantap menunjuk pada jaringan jalan dengan kondisi kemampuan pelayanan mantap. Hal ini merupakan hasil penanganan akhir program pembinaan jalan sampai dengan tingkat struktur secara merata. Dengan demikian, lanjut Bambang, BBPJN IV di bawah kepemimpinannya akan menjadi balai besar terbaik. “Karena (balai ini) strategis (meliputi provinsi Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat), saya ingin balai (BBPJN IV) dapat menjadi panutan atau kiblat bagi yang lain, baik dari segi pengelolaan maupun pelaksanaannya.”

Baca Juga: Renstra Bina Marga Sokong Pembangunan Infrastruktur Prioritas

Untuk mewujudkannya, Bambang memilih untuk berpegang dan melaksanakan prosedur operasi standar (standard operating procedure – SOP) yang telah ditetapkan. Satu bagian penting dari SOP adalah melakukan pengawasan terhadap kinerja balai, untuk memastikan bahwa semua hal berjalan semestinya. “Tampaknya mudah, tetapi hal ini menjadi tantangan tersendiri.”

Bambang memberikan gambaran, apa yang dikerjakan oleh BBPJN IV senyatanya adalah pekerjaan rutin. Tugas utamanya adalah melaksanakan perencanaan, pengadaan, peningkatan kapasitas dan preservasi jalan nasional, penerapan sistem manajemen mutu dan pengendalian mutu pelaksanaan pekerjaan, serta penyediaan bahan dan peralatan jalan dan jembatan. “Sifat manusia itu, kalau sudah ketemu pekerjaan rutin, kecenderungannya lalai. Pengen jalan pintas.”

Oleh karena itu, Bambang sebagai pemimpin di BBPJN IV merasa wajib untuk tidak henti mengingatkan prosedur yang benar pada bawahannya. Contohnya, ia kerap melakukan sidak atau inspeksi mendadak. “Saya sering ke lapangan untuk sidak, sebagai bentuk shock therapy.”

Saat melakukan sidak, Bambang tidak segan-segan untuk menegur siapa saja yang bertanggung jawab di lapangan. Karena pembangunan jalan itu tidak murah, dan harus sesuai prosedur supaya memberikan multiplier effect nyata kepada perekonomian masyarakat. Ada banyak hal yang harus dilakukan: kita harus cek AMP-nya (Asphalt Mixing Plant) yakni perangkat peralatan yang menghasilkan produk berupa campuran aspal panas, apakah cuacanya memungkinkan atau tidak untuk melakukan pengaspalan, waktu diaspal apakah temperaturnya diukur atau enggak, dan pengecekan lainnya.

Baca Juga: Penerapan Long Segment Di PPK Karawang-Purwakarta-Pamanukan

Fungsi kontrol tersebut tidak sekadar dilakukan secara lisan, tetapi harus terdokumentasi. Ada buku harian, yang di lingkungan bina marga disebut dengan buku biru, yang harus diisi oleh 3 pihak: konsultan, pengawas pelaksana, dan pelaksana pekerjaan. “Ini semacam rekaman, misalnya hari ini kontraktor mengerjakan apa saja, alatnya apa yang dipakai,” ungkap Bambang.

Dalam praktiknya, Bambang mengakui ada saja ditemukan penyimpangan prosedur. Misalnya pengisian buku biru yang harusnya dilakukan tiap hari ternyata dirangkum seminggu sekali. Kalau seperti ini, kita bisa asumsikan apa yang ditulis tidak sesuai kenyataan. Dan pada umumnya, hasil rangkuman ini isinya tidak sama dengan laporan pekerjaan bulanan yang dikerjakan oleh konsultan proyek. “Pas audit pasti ketahuan (kecurangan seperti ini). Di sinilah pentingnya bagi saya untuk terus mengingatkan.”

Peran Inovasi

BBPJN IV bergerak dan bekerja dalam satu napas dengan Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Oleh karena itu, Bambang yang lahir di Bandung 59 tahun lalu, ingin membawa lembaga yang dipimpinnya untuk bekerja keras, bergerak cepat, dan bertindak tepat.

Salah satu implementasinya adalah melaksanakan pelelangan dini dan penandatangan paket pekerjaan tahun anggaran 2016, supaya BBPJN IV memiliki waktu kerja selama satu tahun penuh. Dengan komitmen ingin bekerja cepat ini, diharapkan dapat memberikan manfaat lebih banyak kepada masyarakat. Manfaat tersebut, misalnya, masyarakat dapat menggunakan jalan baru saat mudik lebaran 2016.

Bambang menambahkan, kerja keras dan gerak cepat tidak cukup, perlu adanya tindakan yang tepat. Artinya, dalam bekerja juga diperlukan inovasi. Inovasi teknologi jalan dan jembatan mendukung terwujudnya pemerataan pembangunan, menjaga persatuan dan kesatuan NKRI, pengentasan kemiskinan dan peningkatan produksi ekonomi. Sepanjang tahun 2010-2014, setidaknya ada 50 inovasi teknologi di bidang jalan dan jembatan yang mampu dihasilkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan.

Perwujudan sederhana dari inovasi ini, Bambang meneruskan, adalah memperbaiki jalan menggunakan teknik daur ulang (recycling). Material utamanya berasal dari material jalan yang rusak, sehingga mampu menghemat pengeluaran tapi hasilnya tetap berkualitas.

Baca Juga: Pemetaan Jalur Mudik Di Wilayah P2JN Jawa Barat

Bekerja dengan kaca mata inovasi, menurut Bambang juga melahirkan sensitive sense khususnya jika proyek dikerjakan di kota besar. “Umumnya membangun jembatan atau flyover pake tiang pancang. Tapi jika itu dilakukan di kota besar dengan penduduk padat akan mengganggu karena berisik. Makanya saya lebih memilih teknik bore pile. Lalu untuk pilih gelagar (box girder), biasanya bentuknya “I” karena di kota saya menyarankan bentuk gelagar yang indah, ada motifnya.”

Penuh Pengabdian

Impian untuk menjadikan BBPJN IV sebagai yang terbaik adalah wujud pengabdian total Bambang setelah 32 tahun berkarya di Ditjen Bina Marga. Sedari awal dia sadar, apa yang dikerjakan bina marga secara baik dan benar mampu memberikan kemajuan di berbagai bidang.

Suami Nina Linowati Rustam itu mengisahkan, pilihan masuk ke Fakultas Teknik di Institut Teknologi Bandung tidak lepas dari latar belakang keluarga yang bekerja di bidang tersebut. Tanpa ragu, setelah menyelesaikan S1, ia bergabung ke Ditjen Bina Marga dan ditugaskan di Direktorat Pembangunan. “Waktu itu saya ditugaskan di Sulawesi,” ujar peraih gelar Master of Project Management dari Queensland University of Technology Australia itu.

Tugas utamanya adalah menyiapkan lahan untuk warga yang akan transmigrasi, beserta jalan untuk menuju ke lahan tersebut. Saat itu kegiatan ekonomi nol. Namun, dengan selesainya penyiapan lahan dan infrastruktur jalan, kegiatan ekonomi masyarakat perlahan bergerak dan terus berkembang pesat sampai sekarang.

“Itulah mulianya pekerjaan ini. Saya bangga dengan apa yang saya kerjakan bersama bina marga,” simpul Bambang.

* Telah dimuat di Buletin Media Jalan Jakarta Edisi 1/ 2016

Facebooktwitterby feather
wawan
Pribadi sederhana yang ingin terus belajar di bidang komunikasi. Dimulai dari menulis, fotografi, media relations, kadang-kadang menggambar, sampai mengadakan acara komunikasi seperti berbagai lomba dan pelatihan jurnalistik/ fotografi.
https://www.fransalchemist.com

Leave a Reply